Friday, August 22, 2008

Agrobost, Solusi Krisis Pangan Nasional

AGROBOST, SOLUSI KRISIS PANGAN NASIONAL

PANEN: Perkebunan jagung di Batang Kuis, Deliserdang, Sumut memanen jagung menggunakan pupuk agrobost

DUNIA PERTANIAN TERNGANGA. Riset isolasi dan analisis potensi mikroba tanah di laboratorium milik Indonesia membuat satu penemuan terbaru dalam hal pertanian, yakni keberadaan bakteri mikroba yang kemudian diformulasikan menjadi pupuk. Pertama sekali dicobakan di pulau Jawa, yakni tahun 1997, Agrobost- nama produk pupuk tersebut- langsung mendapat sambutan hangat terutama dari para pengguna pupuk dikala pupuk kimia sekarang ini sulit ditemukan (langka).Dalam presentase Agrobost di Hotel Garuda Citra pertengahan Mei lalu, Kepala Wilayah Pemasaran PT. SMS Indoputra selaku produsen pupuk cair Agrobost, Ir Kaharuddin mengatakan, pupuk berbahan aktif mikroba 100% ini baru pertama sekali ditemukan di dunia. Selain terbukti meningkatkan hasil panen hingga 20%- 50% (menjadi optimal), Agrobost juga ramah lingkungan dan aman karena tidak mengandung logam berat.“Pemkab Padang pernah melakukan uji coba terhadap tanaman padi dengan menggunakan Agrobost,” sebutnya. Hasilnya, jumlah batang padi meningkat hingga 52 persen, panen lebih cepat 8 hari, produktifitas 8,5 ton/ha dan produksi naik 36%. Disamping berbagai efisiensi tersebut, pemakaian Agrobost juga bisa menjadi bisnis yang menggiurkan bagi dunia pertanian. Perlu dicatat, penggunaan Agrobost bagi tanaman pertanian dapat menghemat pemakaian pupuk kimia hingga 50%. “40-45% petani di indonesia sudah menggunakan Agrobost. Sementara pemakaian terbesar ternyata ada di Sumatera Utara yang dikatakan sebagai lumbung padi, yakni hingga 70%,” kata Kaharuddin yang juga alumni Fakultas Pertanian Jurusan Budi Daya Pertanian Program Agronomi, Universitas Eka Sakti, Padang. Sumatera Barat. Bahkan, ujarnya lagi, Agrobost juga sudah mulai merambah ke Nusa Tenggara Barat.Agrobost juga mampu menguraikan pestisida (residu sampai dengan 0%) yang menjadi penyebab ketidaksururan tanah serta mampu mengurangi tumbuhnya gulma. Jadi, jangan khawatir rumput punikut suburkarena gulma yang menjadi cikal bakal rumput sudah dihancurkan oleh bakteri mikroba yang terkandung di dalam Agrobost.Juri yang Jujur itu adalah PetaniCepatnya sosialisasi pupuk biologis hayati ini juga karena sistem pemasaran yang cenderung mengarahkan kepada petani untuk uji coba sendiri. Bagi petani yang tidak bisa bertanam karena tidak ada modal, PT. SMS Indoputra juga memberikan kemudahan. Sebelum terbukti jauh lebih efektif dan efisian, biaya pupuk per kemasannya tidak akan dibebankan kepada petani. Amal Algozhali dari PT. SMS Indoputra, secara terpisah juga mengatakan, pihaknya semakin terpanggil untuk mensosialisakan pupuk organik cair Agrobost kepada petani apalagi setelah mendengar prediksi krisis pangan dunia, 2009 nanti.“Kita ingin menemukan solusi yang terbaik untuk meningkatkan hasil pertanian sawah, ladang, maupun perkebunan yang diolah oleh para petani. Apalagi dengan adanya prediksi akan terjadi krisis pangan dunia. Sebetulnya Indonesia memiliki SDA yang sangat baik. Namun karena pemanfaatan yang sangat buruk, tetap saja bisa mengancam ketersediaan pangan Indonesia. Ini suatu hal yang perlu diwaspadai,” tegas Alghozali.Dalam studi lapangan yang dilakukan dengan terjun langsung ke lahan jagung percontohan binaan Agrobost di Desa Namori, Kecamatan Pancurbatu, Deli Serdang, terbukti kelompok tani Bunga Ncole yang sudah memakai pupuk Agrobost, baru sembilan hari saja tinggi pohon sudah mencapai 15 cm, hampir sama dengan umur 15 hari tanaman yang menggunakan pupuk kimia. Dikalkulasikan, ini dapat memangkas 20-30 persen cost per masa tanam. “Juri yang jujur itu adalah petani,” sebutnya.Di Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang, Hj. Irmayanti dari Kelompok Tani Subur mitra binaan Agrobost mengajarkan petani jagung dengan teknologi pupuk organik cair ini. Dia juga salahsatu penikmat hasil penggunaan Agrobost. Sebelum mengunakan Agrobost, panen jagung pipilannya sekira 5,5 s/d 6,5 ton per hektare. Setelah pakai Agrobost, hasilnya luar biasa meningkat dengan rata-rata hasil jagung setelah dipipil mencapai 8 s/d 8,5 ton perhektare. Keberhasilan tersebut membuat Hj. Irmayanti memperoleh penghargaan sebagai pemenang utama dari HM. Yusuf Kalla, dalam rangka Anugerah Karya Inovasi Anak Bangsa untuk Karya Produktifitas Perekonomian Rakyat 2007, November 2007 lalu.Walau penggunaan Agrobost cukup mudah, namun tentu juga harus diingat bahwa pemakaian pupuk organik haruslah sesuai dengan yang dianjurkan. Agrobost tidak perlu diaduk. Dan, aplikasinya harus pas. “Setelah dicampur ke air, diamkan selama lebih kurang 15 menit agar mikroba di dalamnya aktif. Dan upayakan jangan memakai wadah bekas karena bisa merusak atau membunuh mikroba di dalam agrobost itu sendiri,” sebut Alghozali. Artinya, mikroba yang terdapat di dalamnya bisa lebih dulu mati, dan tidak berfungsi lagi. Agrobost memiliki kandungan Agricultural Growth Promoting Inoculant/AGPI, suatu inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan penghasil selulase. Untuk penyuburan tanah secara biologis ada beberapa bakteri, antara lain Azosprilium, Azotobacter, Mikroba Pelarut P, Lactobacilus, Mikroba Pendegradasi Selulasa, Hormon Tumbuh Indole Acetic Acid, dan Enzim Selulase. Jenis mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal sehingga terjadi penghematan pupuk kimiaHasil dari tanaman yang menggunakan pupuk Agrobost ini pernah menempati prestasi-prestasi bergengsi tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI). Singkong di Sukabumi yang menggunakan Agrobost, mendapat penghargaan sebagai singkong terpanjang yang panjang umbinya mencapai 3 meter. Selain prestasi tersebut, Agrobost juga terpilih sebagai produk untuk mendukung program ketahanan nasional yang ditandatangani langsung Presiden SBY pada 12 Juli 2006. Kini dengan perkembangan teknologi, Agrobost tidak saja tersedia bagi tanaman (kemasan hijau), tapi juga hewan/ ternak (kemasan kuning) dan tambak (kemasan biru). Kabarnya, Agrobost akan membuat gebrakan untuk formulasi mikroba bagi kesehatan manusia. Kita tunggu saja. Indah P/ Zulham Noer

No comments: